Stress dan Kesehatan

April 29, 2022

 Stress dan Kesehatan

A. Stres dan Stressor

1. Stress

    Stress merupakan sebuah istilah yang menggambarkan keadaan fisik, emosi, kognitif, dan respon perilaku seseorang terhadap sebuah peristiwa yang dinilai sebagai bentuk ancaman atau tantangan. Orang yang berada di bawah tekanan stress dapat saja terjadi perubahan pada perilaku nya, misalnya selera makan yang berubah-ubah, lebih sensitif secara emosional, atau juga mengalami gangguan kecemasan (Selye, 1936). Menurut Coon dan Mitterer (2013) stress merupakan kondisi mental seseorang yang dipaksa untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Definisi lain dari stres yaitu sebagai sebuah proses dimana tuntutan dari lingkungan yang menjadi tekanan terhadap seseorang baik dari sisi psikologis juga biologis, yang akan berdampak pada kesehatan seseorang (Cohen, Kessler, & Gordon, 1997, p. 3, emphasis in original). 

2. Stressor

    Stressor merupakan sebuah kondisi atau peristiwa yang menantang atau mengancam bagi seseorang (Coon & Mitterer, 2013). Menurut Selye (1936) stressor merupakan sebutan bagi peristiwa yang menyebabkan atau memberikan reaksi berupa rasa stress.

    Stress dan stressor sudah jelas memiliki keterkaitan semacam hubungan sebab akibat. Stressor yang merupakan sebab, dan stress yang menjadi akibat. Secara emosional orang yang sedang berada di bawah tekanan stress dapat merasakan gangguan kecemasan/anxiety, depresi, ketakutan, dan sensitif atau mudah tersinggung. Stress juga akan memberikan dampak seperti sulit berkonsentrasi, kesulitan mengingat, dan tidak mampu dalam membuat keputusan. Sedangkan stressor yang menjadi pemicu rasa stress pada seseorang. Stressor bisa saja timbul dari sebuah insiden kecelakaan, cicilan motor atau mobil, bahkan ketika kita tidak dapat menemukan tiket parkir keluar area.

    Jenis - jenis stressor
  1. Eustress merupakan jenis stressor yang memberikan memberikan dampak positif yang sifatnya membangun atau merubah seseorang menjadi lebih baik.
  2. Distress merupakan jenis stressor yang memberikan dampak buruk pada seseorang baik pada mental dan fisik. stressor jenis ini akan memberikan dampak berupa gangguan gangguan pada seseorang seperti gangguan kecemasan (anxiety) atau juga depresi.
3. Faktor Psikologi Stres
  1. Faktor Psikologi
    1. Pressure (Tekanan) Perilaku seseorang ketika ada tuntutan mendesak dari orang yang bersumber dari luar, orang itu nantinya akan mengalami yang dinamakan dengan tekanan. Tekanan terjadi ketika orang merasa bahwa mereka harus bekerja lebih keras dan atau berbuat lebih banyak, seperti ketika memenuhi tenggat waktu.
    2. Uncontrollablity (Tidak Terkendali) Faktor lain yang dapat meningkatkan seseorang mengalami stres adalah tingkat kontrol yang dimiliki orang tersebut atas peristiwa atau situasi tertentu. Semakin sedikit kontrol yang dimiliki seseorang, semakin besar tingkat stres. Para peneliti dalam wawancara klinis dan studi eksperimental telah menemukan bahwa kurangnya kontrol dalam situasi benar-benar meningkatkan gejala gangguan stres (Breier et al., 1987; Henderson dkk., 2012).
    3. Frustation Frustrasi terjadi ketika seseorang dicegah dalam mencapai tujuan yang diinginkan atau memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Sumber frustasi eksternal seperti, kerugian, penolakan, kegagalan, dan penundaan. Frustasi internal, juga dikenal sebagai frustasi pribadi, terjadi ketika tujuan atau kebutuhan tidak dapat dicapai karena karakteristik internal atau pribadi.
    4. Conflict Konflik terjadi setiap kali seseorang harus memilih antara kebutuhan, keinginan, motif, atau tuntutan yang kontradiktif. Ada 4 jenis konflik yang biasa dialami sebagai berikut.
      1. Approach-Approach Conflict : Ketika seseorang mengalami konflik internal dalam diri yang mengharuskan memilih dua pilihan yang sama - sama menguntungkan atau win-win solution. Contoh : Tina dihadapkan untuk memilih untuk menikmati waktu akhir pekan dengan menonton film bioskop atau bertamasya ke wisata alam.
      2. Avoidance-Avoidance Conflict : Dalam konflik ini, pilihannya adalah dipaksa untuk memilih antara dua atau lebih tujuan atau peristiwa yang tidak menyenangkan. Contoh : Ketua OSIS dihadapkan pada pilihan untuk menggagalkan program kerja atau menghukum anggota pengurus OSIS.
      3. Approach-Avoidance Conflict : Konflik ini sedikit berbeda karena hanya akan melibatkan satu tujuan. Tujuan itu mungkin memiliki aspek positif dan negatif yang membuat tujuan tersebut diinginkan namun juga tidak diinginkan pada saat yang sama. Contoh : Sandi ingin membeli baju bermerk Nika yang memiliki kualitas terbaik akan tetapi ketika membeli maka tabungan Sandi akan habis sepenuhnya.
      4. Multiple Approach-Avoidance Conflict : Konflik yang terjadi ketika tujuan yang menguntungkan dan merugikan lebih dari satu. Contoh : Kinan ingin menikah namun tidak ingin meninggalkan karier serta impian kuliah S3 nya.
  2. Faktor Kognitif Salah seorang psikolog kognitif, Richard Lazarus mengembangkan pandangan kognitif tentang stres yang disebut teori kognitif-mediasi emosi, di mana cara orang berpikir tentang stressor dan menilai stressor adalah faktor utama seberapa dalam menjadi stres tertentu (Lazarus, 1991, 1999; Lazarus dan Folkman, 1984).
    1. Primary Apparsial, proses kognitif yang berguna untuk menilai tingkat keparahan stressor dan mengelompokkannya sebagai ancaman atau tantangan.
    2. Secondary Apparsial, proses kognitif yang berperan untuk menilai kemampuan diri untuk meghadapi serta mengatasi stressor.
  3. Faktor Kepribadian
    1. Tipe A adalah orang yang pecandu kerja, mereka sangat kompetitif, ambisius, benci membuang-buang waktu, dan mudah terganggu. Kepribadian ini memiliki tingkatan stres yang paling tinggi
    2. Tipe B tidak begitu kompetitif, cenderung santai, dan lambat marah.
    3. Tipe C adalah orang yang cenderung sangat menyenangkan dan mencoba untuk menjaga perdamaian tetapi merasa sulit untuk mengekspresikan emosi, terutama yang negatif. Mereka cenderung menginternalisasi kemarahan mereka dan sering mengalami rasa putus asa atas kehilangan yang dialami seperti kehilangan orang yang dicintai atau kehilangan harapan. Dan orang yang memiliki tipe kepribadian ini, mereka sering merasa kesepian.
    4. Hardy Personality atau Hardiness atau kepribadian Tipe H. Merupakan kepribadian yang mempunyai kemampuan dan daya tahan terhadap stres yang merupakan gagasan konsep dari Kobasa (1979).Individu dengan kepribadian ini percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau mempengaruhi kejadian-kejadian dalam hidupnya.
  4. Faktor Sosial dan Kultural
    1. Poverty (Kemiskinan) -> Hidup dalam kemiskinan membuat stres karena berbagai alasan. Kurangnya uang yang cukup untuk menyediakan kebutuhan dasar hidup dapat menyebabkan stres bagi orang dewasa dan anak-anak. Beberapa sumber stress dari kemiskinan yaitu : tempat tinggal yang padat penduduk, kurangnya perawatan medis, peningkatan tingkat kecacatan karena perawatan prenatal yang buruk, lingkungan yang bising, peningkatan tingkat penyakit dan kekerasan, dan penyalahgunaan zat.
    2. Stress Kerja -> Beberapa sumber stres yang khas di tempat kerja yakninya beban kerja, kurangnya variasi, kurangnya kontrol atas keputusan, jam kerja yang panjang, kondisi fisik yang buruk, rasisme, seksisme, dan kurangnya keamanan kerja.
    3. Budaya -> Ketika seseorang dari suatu budaya harus hidup dalam budaya lain, orang tersebut mungkin mengalami banyak stres. Stres yang dihasilkan dari kebutuhan untuk berubah dan beradaptasi dengan budaya dominan atau mayoritas disebut stres akulturatif

B. Faktor Fisiologi Stres

1. Sistem Saraf Otonom

  1. Saraf Simpatik
    Saraf simpatik merupakan sistem saraf pusat yang bereaksi ketika tubuh manusia mengalami stress yang ditandai dengan gejala fisik seperti detak jantung meningkat serta gangguan pencernaan sehingga energi dialihkan ke sel - sel otot untuk mengantisipasi tindakan saat situasi stress.
  2. Saraf Parasimpatik
    Saraf parasimpatik adalah saraf yang berfungsi untuk mengembalikan tubuh kembali ke keadaan normal setelah fase pasca stress.

2. General Adaptation Syndrome (GAS)

    General Adaptation Syndrome (GAS) adalah situasi yang menggambarkan perubahan tubuh secara fisiologi sebagai akibat respon dari stress (Selye, 1936 dalam Ciccarelli & White, 2017).

Tahapan - Tahapan GAS
  1. Alarm 
    Alarm adalah tahapan ketika tubuh pertama kali bereaksi terhadap stressor. Pada tahapan ini tubuh mulai menunjukkan proses fisiologis. Pertama sistem saraf simpatik akan teraktivasi, kemudian kelenjar adrenal akan memproduksi hormon adrenalin yang memicu denyut nadi yang cepat, tekanan darah meningkat, terjadi pemakaian energi dalam jumlah banyak. Dalam tahapan ini, manusia umumnya akan merasakan demam, mual, dan sakit kepala.
  2. Resistance
    Resistensi adalah tahapan yang dialami oleh tubuh ketika stress berkelanjutan sehingga bagian simpatik mengambil alih tubuh dan kembali memproduksi hormon stress yang akan membantu tubuh untuk melawan atau menyingkirkan stressor. Pada fase alarm mulai berkurang tubuh akan menunjukkan gejala awal pada manusia atau hewan seperti tubuh mulai merasa lebih baik. Pada tahapan ini akan terus berlanjut hingga stressor habis atau pada saat ketika organisme telah mengerahkan seluruh kemampuannya.
  3. Exhaustion
    Pada fase exhaustion atau kelelahan tubuh telah mengerahkan segala kemampuan dan energinya sehingga pada tahapan ini kelelahan dapat memicu adanya penyakit yang timbul diakibatkan oleh stress seperti tekanan darah tinggi atau melemahnya sistem imun bahkan kematian jika tidak segera mendapatkan pertolongan. Pada fase ini stressor akan berakhir, sehingga di dalam tubuh saraf parasimpatik akan mengambil alih dalam rangka pemulihan tubuh dan mengembalikan tubuh ke dalam keadaan normal.

3. Sistem Imun dan Stress

    Sistem imun adalah sebuah sistem yang akan terstimulasi ketika tubuh mendapatkan serangan penyakit yang dipengaruhi oleh stress. Sistem ini terdiri atas seluruh sel, organ, serta zat - zat kimia di dalam tubuh yang secara mutlak berfungsi untuk keberlangsungan hidup manusia. Pada bidang keilmuan psikoneuroimunologi memiliki kajian yang berkaitan antara stress dan juga sistem imun tubuh, yaitu hubungan antara faktor psikologi seperti stress, emosi, berpikir, belajar dan perilaku terhadap sistem imun tubuh. Penelitian ini menemukan bahwa stress ternyata juga dapat memicu sistem imun tubuh seperti halnya ketika adanya infeksi tubuh yang memicu sistem imun.
    Selain menurunkan sistem imun tubuh, stress juga menyebabkan naiknya fungsi mekanisme tubuh lainnya. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat stress yang dialami seseorang. Apabila semakin tinggi tingkatan stress seseorang, maka semakin tinggi mekanisme ini. Mekanisme ini adalah inflamasi tubuh. Kenaikan inflamasi tubuh ini menyebabkan tubuh lebih mudah terinfeksi, penyakit semakin parah, dan masa penyembuhan juga semakin lama (Coon & Mitterer, 2013). Peneliti menemukan bahwa stress yang berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan zat kimia yang berfungsi untuk mengontrol inflamasi dan kortisol menjadi kurang aktif sehingga kenaikan respon inflamasi tubuh yang mengakibatkan tubuh mudah terpapar virus dan bakteri.

4. Gangguan Kesehatan dan Stress

  1. Heart Disease
    Penumpukan zat lilin pada pembuluh jantung  yang disebut penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh stres. Pelepasan bahan kimia yang bertugas menjaga sistem kekebalan tubuh dapat terganggu ketika seseorang mengalami stres. Lemak dan kolesterol pada aliran darah yang menyumbat arteri akan menyebabkan serangan jantung dan stroke. Hal tersebut terjadi karena terdapat gangguan pada hati yang disebabkan oleh stres sehingga sistem saraf simpatik tidak dapat membersihkan lemak dan kolesterol tersebut.
  2. Diabetes
    Stres sering dikaitkan dengan penambahan berat badan dan penambahan berat badan sering dikaitkan dengan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat melakukan sekresi terhadap insulin sehingga kadar glukosa menjadi tidak normal (Ciccarelli & White, 2017).  Saat ini, penyakit diabetes dikaitkan dengan penyakit alzheimer dan penurunan kognitif yang lebih rendah (Sanz., et al, 2009). Salah satu contoh stres yang dapat mengembangkan diabetes adalah stres di tempat kerja.
  3. Kanker
    Menurut Ciccarelli dan White (2017), sel kanker membelah tanpa henti dan mempengaruhi fungsi dari organ tubuh. Stres tidak menumbuhkan sel kanker secara langsung, tetapi mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan sel kanker terus tumbuh secara tidak terkontrol. Stres juga dapat menyebabkan pengobatan kanker menjadi tidak efektif. Stres dapat menekan sel pembunuh alami (natural killer cell) yang bertugas menghancurkan sel kanker dan menyebabkan sistem tubuh sulit untuk melawan kanker (Ciccarelli & White, 2017).

C. Coping Mechanism Stres

1. Definisi

Strategi Coping Stress atau Coping Mechanism adalah strategi yang bisa diterapkan oleh orang-orang untuk mengurangi, meminimalisir, bahkan mengatasi efek dari stressors.

2. Strategi Coping Mechanism

  1. Problem-Focused Coping
    Problem-Focused Coping adalah strategi coping stress dimana, seseorang berusaha menghilangkan atau mengurangi dampak stress dengan usaha dari orang itu sendiri.
  2. Emotion-Focused Coping
    Emotion-Focused Coping adalah strategi coping stress dengan mengubah cara pandang baik secara emosi atau perasaan seseorang terhadap stressors. Cara ini bisa mengurangi dampak negatif dari emosi stressors dan membantu orang tersebut untuk menghadapi masalah dengan lebih baik. Biasanya strategi Emotion-focused coping ini biasa digunakan bersamaan dengan Problem-focused coping agar bisa mengatasi dampak dari stress yang dialami dan dapat kita kontrol dengan lebih efektif.
  3. Meditasi
    Meditasi adalah rangkaian dari Latihan mental yang bertujuan untuk mengembalikan fokus seseorang dengan melakukan relaksasi badan serta pikiran agar bisa mengatasi reaksi fisiologis akibat stress atau gangguan pikiran yang dialami oleh seseorang. Tujuan utama dari meditasi adalah mengalihkan pikiran seseorang dari sumber stress dan fokus dengan fokus pada satu hal tanpa mengubah stimulus yang ada disekitar kita.
  4. Humor
    Humor juga bisa menjadi strategi dalam menghadapi stress. Dengan humor, seseorang bisa menurunkan tingkat stress dari apa yang dialami olehnya. Kemampuan untuk bisa menerima dan menertawakan apa yang terjadi dalam hidup juga dianggap memiliki kekebalan yang lebih baik terhadap penyakit (McClelland & Sheriff, 1997).

3. Faktor yang Mempengaruhi Coping Mechanism

  1. Support System Sosial 
    Sistem Dukungan Sosial atau social support system adalah kumpulan dari teman, anggota keluarga, dan orang-orang yang ada disekitar kita yang dapat memberikan bantuan kepada kita. Bantuan tersebut bisa berupa bantuan emosional, keuangan, informasi, dan hal-hal lainnya yang dapat memudahkan kita dalam mengatasi suatu masalah.
  2. Budaya atau Kultur
    Kultur atau budaya adalah salah satu faktor penting dalam strategi coping stress, dan tiap orang bisa menggunakan atau beradaptasi dengan budaya tersebut. Contoh dari budaya untuk coping stress, dalam kebudayaan Asia, cara mengatasi stress adalah dengan melakukan meditasi, contohnya adalah seni tai chi, bentuk dari Latihan meditasi
  3. Agama
    Kepercayaan kepada Yang Mahakuasa juga bisa menjadi sumber ketenangan dalam menghadapi stress. Beberapa agama atau kepercayaan dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang dan membantu kemampuan dalam menghadapi stress tersebut.