Perkembangan Awal dalam Fisiologi dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen
Perkembangan Awal dalam Fisiologi dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen
A. Perbedaan Individu dan Penelitian Awal mengenai Sistem Saraf Pusat oleh Muller
Friedrich Bessel |
- Muller merupakan Tokoh Psikologi Eksperimen tekrenal.
- Merangkum Hanbuch yang dikenal dengan Fisiologi Manusia.
- Pertama kali mendirikan Institut untuk Psikologi Eksperimen di University of Berlin.
- Pencetus teori hubungan antara Psikologi dan Fisiologi Manusia
Adequate Stimulation
Walaupun Muller menyatakan berbagai saraf
mengandung energi spesifik tersendiri, namun ia tidak berpendapat bahwa
semua organ indera memiliki kesensitifan yang sama dengan jenis rangsangan yang
sama. Namun ia berpikir bahwa masing- masing dari lima enis organ
indera memiliki tingkat sensitif maksimal terhadap suatu
rangsangan tertentu. Muller menyebutnya dengan “iritabilitas
spesifik,”. Contohnya yaitu organ mata yang hanya bisa menangkap
stimulus cahaya, telinga yang menangkap stimulus suara atau getaran.
Consciousness, Sensations, and Reality
- Rangsangan fisik tidak menentukan sensasi di dalam sistem syaraf pusat.
- Manusia tidak pernah sadar akan objek fisik tetapi pengetahuan akan objek diperoleh dari sensorik impuls di otak yang terkait dengan objek nyata itu.
- Sistem saraf adalah perantara antara objek fisik dan kesadaran manusia.
Penjelasan : Menurut Muller, kita tidak sadar dengan objek di dunia fisik namun menyadari berbagai impuls sensor. Oleh sebab itu, wawasan kita tentang dunia fisik harus dibatasi dengan jenis reseptor indera yang dimiliki. Fisiologis Muller menekankan bahwa yang kita alami secara sadar tidak sama dengan apa yang ada secara fisik.
B. Pendapat Von Helmholtz dan Ewald Hering
Menolak Vitalisme
Vitalisme merupakan pemikiran yang
menjelaskan bahwa kehidupan tidak dapat dijelaskan dengan interaksi proses
fisik dan kimia saja, "kekuatan kehidupan" selamanya berada di luar
cakupan ilmiah. Menurut Helmholtz Dalam biologi dan fisiologi, masalah
vitalisme-materialisme mirip dengan masalah pikiran-tubuh dalam filsafat dan
psikologi. Helmholtz berpihak pada kaum materialis, yang percaya
bahwa hukum yang sama berlaku untuk benda hidup dan mati serta peristiwa mental
dan non-mental.
Prinsip Konservasi Energi
Pada tahun 1847 Helmholtz menerbitkan
sebuah makalah berjudul "The Conservation of Force,", dibuku itu ia
mendemonstrasikan bahwa konsumsi makanan dan oksigen mampu menjelaskan total
energi yang dikeluarkan suatu organisme. Energi tidak pernah dibuat
atau dihilangkan dari sistem, melainkan hanya bertansformasi menjadi satu
bentuk ke bentuk lainnya.
Tingkat Konduksi Syaraf
Helmholtz juga bertentangan dengan Muller
terkait kecepatan konduksi saraf. Menurutnya, kecepatan konduksi saraf dapat
diukur dalam ranah sains. Ia sangat tertarik dengan teori kecepatan syaraf
dalam menerima rangsangan. Ia menemukan bahwa apabila rangsangan/syaraf
semakin dekat dengan otot, maka semakin cepat pula jalan rangsangan untuk
diterjemahkan menjadi informasi. Rata-rata kecepatan konduksi syaraf
manusia sebesar 50.3-100.6 m/s, namun ia percaya bahwa setiap manusia
memiliki kecepatan konduksi syaraf yang berbeda (teorinya masih
unreliable pada saat itu).
Teori Persepsi
Di teori persepsinya, Helmholtz percaya
bahwa fisiologi tubuh menyediakan mekanisme proses sensasi. Ia
memperkuat teorinya dengan pengamatan bahwa individu buta saat lahir dan
kemudia memperoleh penglihatan perlu belajar untuk melihat, meskipun semua
sensasi telah disediakan oleh alat visual. Artinya bahwa pengalaman pengamat
di masa lalu adalah yang mengubah sensasi menjadi persepsi.
Teori Visi Warna (Trichromatic Theory)
Di teori ini, Helmholtz mengklaim bahwa penglihatan melibatkan tiga reseptor terpisah (yang merupakan warna primer : merah-hijau-biru violet) , masing- masing dengan energi spesifiknya sendiri. Jika warna yang ditampilkan bukan warna primer, itu akan merangsang berbagai kombinasi dari tiga reseptor, menghasilkan pengalaman warna subjektif yang sesuai dengan kombinasi panjang gelombang yang ada.
Teori Persepsi Auditori
Ia mengatakan bahwa telinga bukan satu-satunya reseptor indera tetapi merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dari banyak reseptor. Semakin panjang fiber syaraf maka semakin sensitif pula dengan getaran suara yang berfrekuensi rendah.
Persepsi Ruangan
Di teori persepsi ruang, Hering meyakini bahwa ketika dirangsang, setiap titik di retina memberi tiga informasi (ketinggian, posisi kiri-kanan, dan kedalaman) yang merupakan karakteristik bawaan (innate) dari mata.
- Satu jenis reseptor merespon merah-hijau,
- Satu jenis kuning-biru, dan
- Satu jenis hitam-putih.
C. Phrenology
- Fungsi-fungsi pikiran dikacaukan oleh kerusakan otak - mereka tidak segera menjadi gila karena luka pada bagian tubuh lainnya.
- Otak tidak diperlukan untuk kehidupan tetapi karena alam tidak menciptakan apa pun dengan sia-sia, itu pasti bahwa otak memiliki perbedaan lain;
- Kualitas pikiran atau, kemampuan dan kecenderungan manusia dan hewan, dikalikan dan ditinggikan dalam rasio langsung dengan peningkatan massa otak, secara proporsional dengan tubuh; dan terutama sebanding dengan massa saraf.
1.
AMATIVENESS - Rasa ketertarikan terhadap lawan
jenis
2.
CONJUGALITY - Pernikahan
3.
PARENTAL LOVE - Rasa cinta sebagai orang tua,
bisa juga terhadap peliharaan
4.
FRIENDSHIP – keakraban dan Kemampuan
berosialisasi
5.
INHABITIVENESS – keinginan hidup
6.
CONTINUITY - Ketertarikan pada suatu hal diwaktu
tertentu
7.
VITATIVENESS – hal yang dicintai dalam
hidup
8.
COMBATIVENESS - Penolakan dan penerimaan
9.
DESTRUCTIVENESS – kekuatan
10.
ALIMENTIVENESS – rasa lapar
11.
ACQUISITIVENESS – akumulasi
12.
SECRETIVENESS – rahasia dan manajemen diri
13.
CAUTIOUSNESS – kehati hatian dan
kewaspadaan
14.
APPROBATIVENESS – ambisi dan
tampilan
15.
SELF-ESTEEM – martabat dan harga diri
16.
FIRMNESS – keputusan dan ketekunan
17.
CONSCIENTIOUSNESS – keadilan dan
kesetaraan
18.
HOPE – ekspetasi dan harapan
19.
BENEVIOLENCE – kebaikan
20.
VENERATION – rasa respek
21.
SPIRITUALITY - Keimanan dan kepercayaan
D. Pendapat Broca
Paul Broca, seorang ahli bedah di rumah sakit Bicetre,
melalui pengamatannya terhadap pasien yang mengalami kesulitan dalam
berbicara atau apasia, ia berhasil membuktikan bahwa terdapat lokalisasi khusus
di hesmifer kiri otak yang berfungsi untuk memproduksi bahasa.
(Simanjuntak, 2009 :192). Broca juga berhasil mematahkan pendapat Flourens
mengenai korteks yang bertindak sebagai satu kesatuan dan mendukung ahli
frenologi bahwa adanya pelokalan suatu fungsi pada korteks.
Bermula pada tahun 1831, ada seorang pria
yang satu-satunya kekurangan pada dirinya adalah tidak dapat berbicara. Selama
30 tahun dia mengalami cacat ini hingga akhirnya pada tanggal 12 April 1861, ia
ditempatkan dibawah perawatan Broca. Selama 5 hari Broca melakukan pemeriksaan
yang cermat terhadap penyebab pasti yang mengganggu kemampuan berbicara pria
itu. Tepat pada tanggal 17 April pasien meninggal, dan pada hari yang sama pula Broca
melakukan otopsi. Dari hasil otopsi ini, ia menemukan lesi di konvolasi
frontal ketiga dari belahan otak kiri. (Boring, 1950).
Hasil penelitian tersebut mejadikan Broca
sebagai orang pertama yang mengamati kelainan perilaku terlebih dahulu, kemudian
menemukan bagian otak yang menjadi penyebabnya. Sisi kiri korteks yang
ditemukan Broca rusak dalam kendali bicara, area yang rusak tersebut hingga
kini dikenal sebagai Area Broca.
E. Tumbuhnya Psikologi Eksperimental
- Tertarik pada sense of touch and kinesthesis (muscle sense)
- Rangsangan sentuhan terdiri atas tekanan, suhu, dan luka
- Two-point threshold merupakan teori yang menjelaskan apakah tubuh kita mampu menerima 2 rangsangan secara bersamaan. Dengan kata lain ambang batas minimal 2 stimulus yang datang secara bersamaan untuk dipersepsikan sbg stimulus yang berbeda.
- Just noticeable difference (jnd) - merupakan ambang batas minimum perubahan intesitas 2 stimulus untuk mengetahui perbedaan 2 stimulus dalam pengalaman sensorik. Semakin banyak reseptor semakin halus diskriminasi terhadap salah satu rangsangan.
- Cara mengukur sensasi yaitu dengan menentukan adanya stimulus atau tidak serta mengukur intensitas stimulus yang masuk ke indera kita. Semakin besar jarak intesitas kedua stismulus maka semakin mudah tubuh kita mendeteksi adanya perbedaan stimulus. -mengembangkan teori jnd.
- Kesadaran tidak dapat dipisahkan dari tubuh fisik kita atau panpsychism.
- Absolute threshold - Intesitas terendah dari stimulus yang dapat terdeteksi. Jika intesitas dibawah threshold maka akan memunculkan sensasi yang negatif.
- Differential threshold - Seberapa besar intesitas stimulus perlu dinaikkan atau diturunkan sebelum manusia mendeteksi perbedaan stimulus. -mirip dengan jnd.