Perkembangan Awal dalam Fisiologi dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen

Desember 21, 2021

 Perkembangan Awal dalam Fisiologi dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen

A. Perbedaan Individu dan Penelitian Awal mengenai Sistem Saraf Pusat oleh Muller

Perbedaan Individu 
    Teori perbedaan individu pertama kali dicetuskan oleh Friedrich Bessel (1784-1846) pada tahun 1832. Ia menemukan perbedaan sistematis  antara beberapa rekannya yang merupakan seorang astronot ketika melakukan pengamatan dengan variasi waktu berbeda. Perbedaan itu disebut sebagai waktu reaksi kognitif. Waktu reaksi kognitif merupakan interval antara sebuah stimulus dengan respons yang diberikan atau kontraksi otot pertama (Amithya Ekacitta Anindita, Tanjung Ayu Sumekar, 2017). Tujuan teorinya yaitu untuk memperbaiki kesalahan varians ketika mengukur waktu respon; sehingga mengurangi variabilitas. Bassel menemukan perbedaan antara individu dan cara mengatasinya namun hal itu tidak berdampak pada perkembangan psikologi eksperimental. Kemudian dalam sejarah psikologi (setelah Darwin), studi tentang perbedaan individu menjadi yang paling penting.
Friedrich Bessel

Sistem Syaraf Pusat Muller

"Nobody can be a psychologist, unless he first becomes a physiologist." -Johannes Muller
  • Muller merupakan Tokoh Psikologi Eksperimen tekrenal.
  • Merangkum Hanbuch yang dikenal dengan Fisiologi Manusia.
  • Pertama kali mendirikan Institut untuk Psikologi Eksperimen di University of Berlin.
  • Pencetus teori hubungan antara Psikologi dan Fisiologi Manusia
Hukum Energi Spesifik
    Muller mengatakan bahwa terdapat lima jenis saraf sensorik yang mengandung energi karakteristik tersendiri dan apabila dirangsang akan memiliki sensasi tertentu. Dapat dikatakan bahwa dengan rangsangan apapun saraf akan menanggapinya dengan cara uniknya tersendiri. 
    Contohnya apabila mata diberikan rangsangan dengan gelombang cahaya, tekanan, listrik maupun pukulan di kepala, maka akan menghasilkan sensasi visual. Muller dapat mengakhiri teori persepi emanasi lama dengan penelitian eksperimental terperincinya. Dimana menurutnya objek fisik dengan salinan kecil, yang melewati reseptor sensorik berada di sepanjang saraf dan menuju otak dapat mengakibatkan gambar objek. Karena apapun informasi sensorik ke otak maka setiap saraf sensorik dapat menyampaikannya.

Adequate Stimulation

    Walaupun Muller menyatakan berbagai saraf mengandung energi spesifik tersendiri, namun ia tidak berpendapat bahwa semua organ indera memiliki kesensitifan yang sama dengan jenis rangsangan yang sama. Namun ia berpikir bahwa masing- masing dari lima enis organ indera memiliki tingkat sensitif maksimal terhadap suatu rangsangan tertentu. Muller menyebutnya dengan “iritabilitas spesifik,”. Contohnya yaitu organ mata yang hanya bisa menangkap stimulus cahaya, telinga yang menangkap stimulus suara atau getaran.

Consciousness, Sensations, and Reality

  • Rangsangan fisik tidak menentukan sensasi di dalam  sistem syaraf pusat. 
  • Manusia tidak pernah sadar akan objek fisik tetapi pengetahuan akan objek diperoleh dari sensorik impuls di otak yang terkait dengan objek nyata itu. 
  • Sistem saraf adalah perantara antara objek fisik dan kesadaran manusia.

Penjelasan : Menurut Muller, kita tidak sadar dengan objek di dunia fisik namun menyadari berbagai impuls sensor. Oleh sebab itu, wawasan kita tentang dunia fisik harus dibatasi dengan jenis reseptor indera yang dimiliki. Fisiologis Muller menekankan bahwa yang kita alami secara sadar tidak sama dengan apa yang ada secara fisik.

B. Pendapat Von Helmholtz dan Ewald Hering

Pendapat Von Helmholtz

Menolak Vitalisme

    Vitalisme merupakan pemikiran yang menjelaskan bahwa kehidupan tidak dapat dijelaskan dengan interaksi proses fisik dan kimia saja, "kekuatan kehidupan" selamanya berada di luar cakupan ilmiah. Menurut Helmholtz Dalam biologi dan fisiologi, masalah vitalisme-materialisme mirip dengan masalah pikiran-tubuh dalam filsafat dan psikologi. Helmholtz berpihak pada kaum materialis, yang percaya bahwa hukum yang sama berlaku untuk benda hidup dan mati serta peristiwa mental dan non-mental.

Prinsip Konservasi Energi

    Pada tahun 1847 Helmholtz menerbitkan sebuah makalah berjudul "The Conservation of Force,", dibuku itu ia mendemonstrasikan bahwa konsumsi makanan dan oksigen mampu menjelaskan total energi yang dikeluarkan suatu organisme. Energi tidak pernah dibuat atau dihilangkan dari sistem, melainkan hanya bertansformasi menjadi satu bentuk ke bentuk lainnya

Tingkat Konduksi Syaraf

    Helmholtz juga bertentangan dengan Muller terkait kecepatan konduksi saraf. Menurutnya, kecepatan konduksi saraf dapat diukur dalam ranah sains. Ia sangat tertarik dengan teori kecepatan syaraf dalam menerima rangsangan. Ia menemukan bahwa apabila rangsangan/syaraf semakin dekat dengan otot, maka semakin cepat pula jalan rangsangan untuk diterjemahkan menjadi informasi. Rata-rata kecepatan konduksi syaraf manusia sebesar 50.3-100.6 m/s, namun ia percaya bahwa setiap manusia memiliki kecepatan konduksi syaraf yang berbeda (teorinya masih unreliable pada saat itu).

Teori Persepsi

    Di teori persepsinya, Helmholtz percaya bahwa fisiologi tubuh menyediakan mekanisme proses sensasi. Ia memperkuat teorinya dengan pengamatan bahwa individu buta saat lahir dan kemudia memperoleh penglihatan perlu belajar untuk melihat, meskipun semua sensasi telah disediakan oleh alat visual. Artinya bahwa pengalaman pengamat di masa lalu adalah yang mengubah sensasi menjadi persepsi. 

Teori Visi Warna (Trichromatic Theory)

    Di teori ini, Helmholtz mengklaim bahwa penglihatan melibatkan tiga reseptor terpisah (yang merupakan warna primer : merah-hijau-biru violet) , masing- masing dengan energi spesifiknya sendiri. Jika warna yang ditampilkan bukan warna primer, itu akan merangsang berbagai kombinasi dari tiga reseptor, menghasilkan pengalaman warna subjektif yang sesuai dengan kombinasi panjang gelombang yang ada.


Teori Persepsi Auditori

    Ia mengatakan bahwa telinga bukan satu-satunya reseptor indera tetapi merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dari banyak reseptor. Semakin panjang fiber syaraf maka semakin sensitif pula dengan getaran suara yang berfrekuensi rendah.

Pendapat Edwald Hering (1834-1918)

Persepsi Ruangan

    Di teori persepsi ruang, Hering meyakini bahwa ketika dirangsang, setiap titik di retina memberi tiga informasi (ketinggian, posisi kiri-kanan, dan kedalaman) yang merupakan karakteristik bawaan (innate) dari mata.

Teori Visi Warna (After Image)
    Hering berteori bahwa ada tiga jenis reseptor di retina tetapi masing-masing dapat merespons dengan dua cara - kutub warna berlawanan pada retina.
  • Satu jenis reseptor merespon merah-hijau, 
  • Satu jenis kuning-biru, dan 
  • Satu jenis hitam-putih.
    Warna merah-kuning-putih menyebabkan robekan/katabolik. Hijau-biru-hitam menyebabkan pembentukan/anabolik. Jika warna sensitif berbeda bertemu bersamaan maka kedua proses dibatalkan dan menghasilkan warna abu-abu. Teori ini dapat menjelaskan mengenai ketidakmampuan melihat warna merah juga tidak dapat melihat warna hijau, namun masih bisa melihat warna kuning.


C. Phrenology

    Phrenology atau frenologi diambil dari kata bahasa yunani phren/phrenos yang berarti pikiran dan logos yang berarti ilmu. Phrenology merupakan ilmu yang diterima dari frenos atau pikiran. Ilmu ini populer pada abad kesembilan belas. Ilmu ini pertama kali dikenal lewat karya franz joseph gall yaitu buku A Treatise on the Philosophy of Medicine yang dipublikasikan pada 1791. Illmu ini membahas tentang hubungan tengkorak dengan perilaku manusia. Dengan frenologi kita akan membahas stuktur tuang tengkorak manusia.
   Gall membuat sejumlah kontribusi penting untuk ilmu saraf. Gall meyakinkan membangun otak sebagai organ pikiran. Pemikiran penting yang dicetuskan oleh Gall yaitu: 
  • Fungsi-fungsi pikiran dikacaukan oleh kerusakan otak - mereka tidak segera menjadi gila karena luka pada bagian tubuh lainnya.
  • Otak tidak diperlukan untuk kehidupan tetapi karena alam tidak menciptakan apa pun dengan sia-sia, itu pasti bahwa otak memiliki perbedaan lain;
  • Kualitas pikiran atau, kemampuan dan kecenderungan manusia dan hewan, dikalikan dan ditinggikan dalam rasio langsung dengan peningkatan massa otak, secara proporsional dengan tubuh; dan terutama sebanding dengan massa saraf.

 


Beberapa hubungan antara bentuk tengkorak dan perilakunya


1.      AMATIVENESS - Rasa ketertarikan terhadap lawan jenis  

2.      CONJUGALITY - Pernikahan 

3.      PARENTAL LOVE - Rasa cinta sebagai orang tua, bisa juga terhadap peliharaan 

4.      FRIENDSHIP – keakraban dan Kemampuan berosialisasi 

5.      INHABITIVENESS – keinginan hidup 

6.      CONTINUITY - Ketertarikan pada suatu hal diwaktu tertentu 

7.      VITATIVENESS – hal yang dicintai dalam hidup 

8.      COMBATIVENESS - Penolakan dan penerimaan 

9.      DESTRUCTIVENESS – kekuatan 

10.   ALIMENTIVENESS – rasa lapar 

11.   ACQUISITIVENESS – akumulasi 

12.   SECRETIVENESS – rahasia dan manajemen diri 

13.   CAUTIOUSNESS – kehati hatian dan kewaspadaan 

14.   APPROBATIVENESS – ambisi dan tampilan  

15.   SELF-ESTEEM – martabat dan harga diri

16.   FIRMNESS – keputusan dan ketekunan 

17.   CONSCIENTIOUSNESS – keadilan dan kesetaraan 

18.   HOPE – ekspetasi dan harapan 

19.   BENEVIOLENCE – kebaikan 

20.   VENERATION – rasa respek 

21.   SPIRITUALITY - Keimanan dan kepercayaan

D. Pendapat Broca 

    Paul Broca, seorang ahli bedah di rumah sakit Bicetre, melalui pengamatannya terhadap pasien yang mengalami kesulitan dalam berbicara atau apasia, ia berhasil membuktikan bahwa terdapat lokalisasi khusus di hesmifer kiri otak yang berfungsi untuk memproduksi bahasa. (Simanjuntak, 2009 :192). Broca juga berhasil mematahkan pendapat Flourens mengenai korteks yang bertindak sebagai satu kesatuan dan mendukung ahli frenologi bahwa adanya pelokalan suatu fungsi pada korteks. 

    Bermula pada tahun 1831, ada seorang pria yang satu-satunya kekurangan pada dirinya adalah tidak dapat berbicara. Selama 30 tahun dia mengalami cacat ini hingga akhirnya pada tanggal 12 April 1861, ia ditempatkan dibawah perawatan Broca. Selama 5 hari Broca melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap penyebab pasti yang mengganggu kemampuan berbicara pria itu. Tepat pada tanggal 17 April pasien meninggal, dan pada hari yang sama pula Broca melakukan otopsi. Dari hasil otopsi ini, ia menemukan lesi di konvolasi frontal ketiga dari belahan otak kiri. (Boring, 1950). 

    Hasil penelitian tersebut mejadikan Broca sebagai orang pertama yang mengamati kelainan perilaku terlebih dahulu, kemudian menemukan bagian otak yang menjadi penyebabnya. Sisi kiri korteks yang ditemukan Broca rusak dalam kendali bicara, area yang rusak tersebut hingga kini dikenal sebagai Area Broca.

    Carl Wernicke (1848-1905) menemukan pada bagian otak yang terletak pada area korteks yang berdekatan dengan broca yang berfungsi sebagai pemahaman manusia terhadap pembicaraan. Area ini disebut dengan Wernicke.

E. Tumbuhnya Psikologi Eksperimental

    Psikologi eksperimen bermula dari studi berdasarkan persepsi indera hingga reaksi motorik yang dipelajari secara intens. Asal mula psikologi ekperimental dimulai dari perkembangan fisiologi, anatomi, neurologi, hingga astronomi. Bapak psikologi eksperimen adalah Wilhelm Wundt. Psikologi ekperimen adalah salah satu penelitian dalam psikologi modern yang menggunakan metode eksperimen sebagai alat utama dalam melakukan penelitian.

Ernst Heinrich Weber (1975-1878)
  • Tertarik pada sense of touch and kinesthesis (muscle sense)
  • Rangsangan sentuhan terdiri atas tekanan, suhu, dan luka
  • Two-point threshold merupakan teori yang menjelaskan apakah tubuh kita mampu menerima 2 rangsangan secara bersamaan. Dengan kata lain ambang batas minimal 2 stimulus yang datang secara bersamaan untuk dipersepsikan sbg stimulus yang berbeda.


  • Just noticeable difference (jnd) - merupakan ambang batas minimum perubahan intesitas 2 stimulus untuk mengetahui perbedaan 2 stimulus dalam pengalaman sensorik. Semakin banyak reseptor semakin halus diskriminasi terhadap salah satu rangsangan. 
Gustav Theodor Fechner (1801-1887)

    Fechner merupakah tokoh di bidang psikologi Psikofisika. Fechner juga mengembangkan teori jnd weber. Ia memiliki teori yang terkenal yaitu, 
  • Cara mengukur sensasi yaitu dengan menentukan adanya stimulus atau tidak serta mengukur intensitas stimulus yang masuk ke indera kita. Semakin besar jarak intesitas kedua stismulus maka semakin mudah tubuh kita mendeteksi adanya perbedaan stimulus. -mengembangkan teori jnd. 
  • Kesadaran tidak dapat dipisahkan dari tubuh fisik kita atau panpsychism.
  • Absolute threshold - Intesitas terendah dari stimulus yang dapat terdeteksi. Jika intesitas dibawah threshold maka akan memunculkan sensasi yang negatif.
  • Differential threshold - Seberapa besar intesitas stimulus perlu dinaikkan atau diturunkan sebelum manusia mendeteksi perbedaan stimulus. -mirip dengan jnd.